Jumat, 01 Januari 2010

Sejarah Kobarkan Rivalitas MU-Leeds

Sejarah Kobarkan Rivalitas MU-Leeds
Striker Manchester United, Ruud van Nistelrooy, mencoba melewati pemain Leeds United, Dominic Matteo. Ini terjadi di pertandingan Premier League 2004, saat mereka masih sengit bersaing.
Sabtu, 2/1/2010 | 07:21 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Pertemuan Manchester United (MU) lawan Leeds United pada putaran ketiga Piala FA di Stadion Old Trafford, Minggu (3/1/2010), mengobarkan rivalitas lama. Hampir setiap dekade, mereka selalu bertarung sengit. Kali ini, meski beda kasta, rivalitas itu akan berkobar kembali.

Leeds kini memang terlempar ke League One (Divisi III) setelah keuangan mereka bangkrut. Sementara itu, MU terus menjadi tim elite di Premier League.

Kembali pada dekade 1960-an, rivalitas MU-Leeds mulai sengit. Kedua saudara yang juga bintang Inggris saling bertarung. Bobby Charlton membela MU, Jack Charlton membela Leeds. Bintang lain, George Best dan Dennis Law di pihak MU, Billy Bremner dan John Giles di pihak Leeds. Pertemuan mereka selalu panas dan seru.

Sampai pada era 1990-an, kedua tim masih bersaing ketat. Mark Hughes jadi bintang MU, sedangkan Lee Chapman di pihak Leeds. Sepuluh tahun lalu, Dwight York dan David Beckham menjadi bintang MU, sementara Rio Ferdinand dan Jimmy Floyd Hasselbaink di pihak Leeds, menggairahkan persaingan kedua tim.

Meski beda kasta, pertarungan ini bisa sengit dan panas karena sejarah rivalitas mereka. Manajer MU, Sir Alex Ferguson, punya kenangan tersendiri terhadap rivalitas kedua tim. Dia meminta timnya tak menyepelekan lawannya.

"Saya tak perlu menyebutkan betapa pentingnya pertandingan lawan Leeds nanti. Saya biasanya menikmatinya. Mereka tim yang fantastis, selalu memberikan perlawanan ketat dan kami harus tampil sebaik mungkin," kata Ferguson.

"Saya akan mengatakan kepada pemain untuk bersikap sebaik mungkin. Sebab, kami tak mau membakar suporter untuk bertindak di luar batas. Ketika kami masih bersaing di Premier League, kedua tim sangat kompetitif. Sekarang berbeda, tetapi tim harus bermain seperti biasanya," tambahnya.

Meski kalah kelas, Leeds memang tak mau kalah. Mereka justru bertekad untuk menjungkalkan MU. Manajer Leeds Simon Grayson mengatakan, pertandingan itu akan memberi kesempatan kepada para pemainnya untuk mengembalikan nama besarnya.

"Ini pertandingan yang ditunggu setiap orang di Leeds. Sebanyak 9.000 tiket sudah dibeli fans Leeds dan kemungkinan nantinya akan menjadi 20.000 tiket. Rivalitas kedua tim memang sangat hebat jika mengingat pada era 1960, 1970, 1980, dan 1990-an. Suporter kami sangat bergairah untuk menyaksikan pertandingan ini karena menjadi pertemuan pertama sejak lima tahun terakhir," ucap Grayson.

Pertemuan kedua tim biasanya dibumbui bentrok antar-suporter. Oleh sebab itu, Grayson mengingatkan kepada suporter MU agar menjaga sikapnya. "Saya berharap suporter melupakan kejadian masa lalu dan tetap menyaksikan sepak bola sebaik mungkin," harapnya. (AP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar