Jumat, 01 Januari 2010

Gus Dur, Dari Kursi Pijat sampai THR

Gus Dur, Dari Kursi Pijat sampai THR
Mantan Presiden RI, Abdurahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur saat berada di Batam, 12 Februari 2008 lalu.
Sabtu, 2 Januari 2010 | 11:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu tokoh bangsa Indonesia, Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, telah berpulang. Namun, beberapa barang pribadinya masih berada di ruang kerjanya, Kantor PBNU kawasan Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (2/1/2010), untuk mengingatkan kita padanya.

Seorang petugas keamanan Kantor PBNU, Chairul Taufik, hapal benar apa yang ada di dalam ruang kerja yang kini tertutup rapat dan digembok itu. Menurutnya, saat Gus Dur masih rutin berkantor di PBNU, ia memanjakan dirinya dengan beberapa barang pribadinya, seperti kursi pijat listrik, tape, dan sebuah televisi. Barang-barang tersebut kini masih berada di ruang kerja Gus Dur.

"Kursi kerja bapak bisa mijet otomatis. Jadi, kalau bapak pegal-pegal, kursinya tinggal dihidupin untuk mijet," kata Chairul Taufik saat ditemui Persda Network di Kantor PBNU.

Ia menambahkan, sebenarnya ada satu lagi barang pribadi milik Gus Dur, yakni audio book lengkap dengan headset-nya. Untuk barang yang satu ini, oleh Gus Dur selalu dibawa ke mana pun dia bepergian.

Karena kedekatannya, pria yang akrab dipanggil Taufik ini mengaku kaget dan tak percaya saat asisten pribadi Gus Dur, Sulaiman, mengatakan kepadanya bahwa bosnya itu telah tiada pada Rabu (30/12/2009) pukul 18.45 WIB.

Taufik menceritakan, kala itu pihak ajudan sengaja datang ke ruang kerja Gus Dur untuk mengambil kaset-kaset pribadi milik Gus Dur. "Pas Bapak meninggal, ajudan dan sopir Bapak datang ke sini mengambil kaset-kaset. Enggak tahu ambil kaset lagu apa, tapi sepertinya sih, musik yang klasik-klasik gitu," ungkapnya.

Meski sudah tidak menjadi Ketua Umum PBNU, ruang kerja Gus Dur oleh pihak PBNU memang sengaja tidak boleh ditempati oleh orang lain. Ruang kerja Gus Dur dengan satu meja dan sebuah televisi serta tape musik yang ada di atasnya itu memang khusus untuk Gus Dur.

Di belakang meja terdapat sebuah kursi pijat listrik, sedangkan di depan meja ada tiga kursi berwarna hijau untuk menerima tamu. Satu rak berisi buku-buku bacaan Gus Dur juga masih berada di sana.

Taufik mengatakan, kala lelah, terkadang Gus Dur tidur di lantai yang hanya beralaskan sebuah karpet tipis di depan meja kerjanya.

Taufik mengaku sangat kehilangan bosnya itu. Di mata Taufik, Gus Dur adalah sosok bos yang sangat memerhatikan bawahannya, termasuk para petugas keamanan Kantor PBNU.

Ia mengaku terakhir bertatap muka langsung dengannya saat Gus Dur datang ke Kantor PBNU menjelang hari Lebaran lalu. Kala itu, Gus Dur masih sempat mengecek persiapan keuangan tunjangan hari raya (THR) lebaran untuk bawahannya.

Khusus dari Gus Dur, Taufik mengaku bahwa setiap petugas keamanan kebagian jatah THR Rp 1 juta dan itu rutin diberikan setiap tahunnya. "Gus Dur baik sama petugas keamanan semua. Dia orangnya merakyat dan sederhana. Kami dapat THR Rp 1 juta setiap orang. Kalau dari pihak kantor sendiri enggak sampai segitu," ungkapnya.

Karena latar belakang Gus Dur adalah pesantren, terkadang Taufik tak segan mencium orang yang disebut-sebut sebagai keturunan wali itu. "Kalau yang lain sudah pada salaman, security ikut cium tangan," ujarnya. (coz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar